Rumah Adat Lamatokan-Lewobelek.
Ciri khas rumah adat ini dibangun
diatas susunan batu yang ditata sedemikian rupa sebagai pondasi yang kokoh guna
memikul beban daripada bangunan tersebut. Terbuat dari bahan atau material
lokal sehingga memerlukan keahlian khusus untuk meracik sampai bangunan bisa
berdiri dengan kokohnya. Kenapa harus memiliki keahlian khusus, kata salah
seorang yang hadir menyaksikan proses pembangunan itu kepada tukang ahli yang
dipercayakan membangun rumah adat itu.”harus punya keahlian khusus karena tidak
menggunakan paku atau bahan pabrikasi’’. Bahan pengganti paku adalah tali,
yakni tali dari kulit pelepah daun lontar dan lidi pohon enau.
Pekerjaan yang
dilakukan tentu diawasi oleh seorang “Ata Mua” sehingga tidak dilakukan/dikerjakan
sesuka hati. Ciri khas lain daripada rumah adat ini adalah dipasang parang dan
tombak sebagai lambang kekuatan yang terbuat dari belahan bambu. Bahan atap
adalah dari alang-alang yang telah dirangkai pada bilahan bambu. Kurban dalam
pembangunan rumah adat ini adalah hewan Babi dan Kambing, namun sebelum selesai
pengatapan, hewan kurban tersebut belum bisa disembelih.
Setelah selesai pengatapan, akan dilakukan
seremoni akhir dengan pemotongan hewan (babi dan kambing) sampai kepalanya
putus sebagai kurban syukur atas terbangunannya rumah adat tersebut. Setelah
itu, hewan kurban tersebut akan dimakan oleh semua yang hadir dalam proses
pembangunan rumah adat itu. Rumah adat ini dalam bahasa Lamahot disebut “Lango
Belen”. (Humas Pemdes)